Bilik Cerita

Belajar dari Kepemimpinan Yosua

Arah jarum jam tunjuk angka 5 lewat. Saya masuki gereja, lalu di sapa oleh penerima tamu—bisa disebut seperti itu. “Lama ngak nampak dek,” tanya seorang sambil senyum. “Baru beberapa hari kak,” saya menjawab. Usai ngobrol sejenak, langsung duduk di deretan 3 baris dari belakang. Orang-orang masih sedikit dan sibuk berbincang. Belum lama duduk, saya dihampiri oleh anak kecil yang berusia sekitar 4 tahun. Ambil posisi duduk disebelah saya.

“Kak boleh lihat handphonenya,” tanyanya tepat dihadapannya. “Boleh,” jawabku. Saya buka aplikasi foto, lalu tunjukkan beberapa foto. Tidak sengaja adek itu lihat foto anak kecil di hp. “Lihat ini kak,” ujarnya penasaran. Sambil lihat foto, sesekali saya bertanya. Kalau adek yang pakai gaun putih itu umurnya sekitar 4 tahun dan ia datang ke gereja dengan teman yang lain.

Hampir setengah jam, Feni datang. Saat kami asyik ngobrol, tiba saja adek itu minta diantarin ke kamar mandi. “Kak temani, mau pipis,” ujarnya tunjukkan muka malu. Tanpa nunggu lama, saya temani adek dengan rambut hitam sedikit keriting itu.

Sewaktu masuk kedalam gereja usai dari toilet. Tiba-tiba Yuni—salah satu pengurus Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) sapa adek itu. “Adek yang dari panti kan,” katanya. “Ha,” ujar saya kaget. Masa sih. Yuni suruh adek itu kenalkan dirinya dengan saya. Dia salam, lalu sebut namanya. Indah namanya. Saya dan Indah duduk lagi, mencari Feni yang ternyata sudah pindah tempat. Kami nyusul. “Kita disini aja ya, disana terlalu belakang,” jelasnya saat saya bertanya.

Sekitar pukul 6 lewat, acara ibadah dimulai dan langsung dilanjutkan dengan upacara GMKI. Pendeta Rustam Tambunan SPi, berikan kotbah. Ia juga Sekretaris cabang Pekanbaru GMKI pada 1994 hingga 1996. Rustam jelaskan kotbah, Yosua 1 ayat 6-9. “Suksesi kepemimpinan Musa dan Yosua. “Ketika kita mengangungkan GMKI, maka organisasi itu terminal kita,” katanya. Terminal itu bagian kader. GMKI itu ketika Musa siapkan Yosua untuk memenuhi dan genapkan firman Tuhan. Pendeta istilahkan, “kalau tidak mau dibina ya dibinasakan saja,” tegasnya. Tugas kader itu awalnya memang tidak kelihatan. Contohnya penugasan pertama Yosua jadi mata-mata—pekerjaan yang tidak kelihatan. Hanya menyampaikan kabar dan kirim surat. “Itulah yang disebut pengorbanan,” ujar Pendeta.

Kalau kita mau dibentuk oleh Tuhan maka tidak ditempat enak. Miliki keteguhan hati—berani menantang, menolak, menang pulang peperangan dan tahan dalam tekanan. “Satu hal lagi,” ujarnya. Ketakutan itu adalah racun yang luar biasa.

Ibadah di gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Jerikho peringati Hari Ulang Tahun GMKI ke 49 dengan tema Kuatkan dan Teguhkanlah Hatimu, Tuhan Besertamu ! Tiap komisariat ikut serta, diantaranya Komisariat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Ekonomi, Panam, Fakultas Teknik, Fakultas Pertanian, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan Gobah. Ada juga tampilan dari Panti Asuhan dari Pasir Putih—sumbangkan lagu pujian. Setengah jam kemudian, ibadah dan upacara usai. Dilanjutkan dengan hiburan, lomba fashion show dan pengumuman lomba.

Pengujung agenda kegiatan, salah seorang Badan Pengurus Cabang sampaikan retorikanya di depan. Ia berharap menuju ulang tahun emas, kader GMKI bisa seperti Yosua. Tidak hanya datang untuk ketawa saja. Ia juga sampaikan kekesalannya, karena banyaknya orang yang datang telat. “Ini sangat memalukan,” jelasnya. Masa adek dari panti duluan datang. “Dan yag paling lucunya, semakin malam atau ibadah usai makin banyak orangnya,” tegasnya. #

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *