Dampak Media: Pilih Tteobokki atau Lapek Bugih?
Pilihan musik yang diperdengarkan kini semakin beragam, saat ini lagu korean pop setiap hari diputar di setiap radio. Contohnya single Boy With Love dari BTS hampir setiap stasiun radio memutarkan lagu tersebut. Selama bulan Mei lalu, saya mendengar lagu binaan agensi Bighit itu diputar setiap hari di stasiun radio Prambors. Selain radio, saya juga sering melihat lagu Korea terbaru trending pada media sosial Youtube Indonesia.
Hal tersebut tentu didukung oleh akses informasi yang mudah. Bukan hanya musik yang diperdengarkan, media mainstream seperti televisi dan portal berita banyak menampilkan industri hiburan korea. Sebut saja stasiun televisi Trans Tv yang menampilkan program drama Korea hampir setiap harinya. Program gosip pada stasiun televisi nasional juga sudah mengulas beberapa informasi tentang industri hiburan Korea. Ini menarik, ternyata peminat hiburan ini semakin hari semakin bertambah, khususnya remaja hingga dewasa. Banyak fans kingdom—fandom bermunculan di media sosial hingga mereka melakukan meet up sesama fans.Pada semester kedua tahun 2018, industri hiburan Korea semakin dekat dengan kalangan masyarakat Indonesia. Deretan idol dan artis Korea ramai-ramai berkunjung ke Indonesia mulai dari fan meeting, konser internasional dan lainnya.
Ini menjadi peluang besar bagi pebisnis di Indonesia. Sebut saja promotor yang mendatangkan para artis tersebut. Dikutip dari portal media cnbc Indonesia disebutkan bahwa Indonesia cukup tinggi untuk minat masyarakat terhadap artis-artis pop Korea. Menurut Mega Indah sebagai Promotor IME yang pernah mendatangkan grup boyband BTS mengatakan bahwa animo dan permintaan akan penyanyi Korea sangat besar. Ini tentunya sangat menguntungkan karena Indonesia sendiri cukup banyak komunitas fans artis Korea dengan anggota ribuan bahkan mungkin jutaan. “Bagus banget sejauh ini mereka selalu antusias dan emang K-pop kayaknya masih akan di atas angin buat buat beberapa waktu lama termasuk di Indonesia.”
Salah satu jenis hiburan yang selalu ditunggu-tunggu oleh pencinta hiburan Korea ialah dramanya. Menampilkan dua episode terbaru setiap minggunya dengan jumlah episode yang singkat—biasanya hanya sekitar 16 episode. Maka tidak heran jika, masyarakat Indonesia gemar menonton drama Korea. Merujuk pada hasil survei tim riset Tirto sebanyak 80,61 persen masyarakat penyuka drama Korea menyatakan alur cerita yang menarik dan tidak bertele-tele merupakan alasan utama mereka menonton drama. Drama Korea booming di Indonesia memang karena ia berbeda dengan sinetron Indonesia yang cenderung panjang dan alur ceritanya bertele-tele. Alasan lain yang ditemukan ialah pemain yang menarik, sinematografi, mengenal kebudayaan Korea, mempunyai banyak pilihan, moral value, musik latar hingga busana pemain.
Mayoritas responden adalah wanita dengan proporsi sebesar 66,92 persen. Sebanyak 56,14 persen responden berusia 21 hingga 26 tahun. Berdasarkan tempat tinggal, sebesar 88,09 persen responden berada di Pulau Jawa dengan proporsi terbanyak di Jakarta (23,63 persen).
Dari survei diketahui, sebanyak 49,72 persen masyarakat Indonesia memilih untuk menonton serial Korea. Hanya 2,84 persen masyarakat yang lebih menonton serial Indonesia.
Ramainya hiburan Korea di media Indonesia ini jelas sangat berpengaruh pada setiap audiensnya. Sebut saja, kalangan muda yang akrab disebut milenial ini yang menjadi pengguna yang mengakses, mendengar, menonton beragam jenis hiburan dari negeri ginseng tersebut. Apalagi saat ini dengan modal kuota internet sudah bisa menonton kdrama on going hingga yang drama sebelumnya. Untuk mereka yang memiliki modal ialah berlangganan layanan streaming berbayar seperti netflix, viu, hooq dan lainnya menjadi solusi.
Secara sadar atau tidak sadar kita generasi muda sudah dipersuasi oleh budaya yang hampir setiap hari dipertontonkan atau bahkan kita mencarinya lagi dan lagi update terbarunya.
Ini menjadi menarik saat kita sudah mulai membicarakannya dalam obrolan sehari-hari hingga mengupdate informasi terbarunya. Menurut Secord dan Backman mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek lingkungan sekitarnya (dalam Azwar, 2002: 5). Nilai (value) dan opini atau pendapat sangat erat berkaitan denga sikap bahkan kedua konsep tersebut seringkali digunakan dalam definisi-definisi sikap. Dalam perspektif psikologi memandang perilaku manusia sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun kompleks. Sepanjang menyangkut pembahasan mengenai hubungan sikap dan perilaku, sikap selalu dikaitkan dengan perilaku yang berada dalam batas kewajaran sebagai suatu respon atau reaksi terhadap stimulus yang bersumber dari lingkungan sosial.
Dalam teori tindakan beralasan mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan. Ada tiga alasan yang mendorong terbetuknya perilaku tertentu. Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap yang secara umum tetapi banyak ditentukan oleh sikap yang spesifik terhadap perilaku. Kedua, perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap yang muncul tetapi juga dipengaruhi oleh norma-norma subjektif. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu.
Dalam dinamika pembentukan sikap dan perilaku, pada teori Kelman menunjukkan bahwa bagaimana sikap dan perilaku dapat berubah melalui tiga proses yaitu kesediaan, identifikasi dan internalisasi. Terdapat faktor eksternal yang mempengaruhi sikap individu yang bersangkutan sehingga dengan sadar atu tidak sadar individu akan mengadopsi sikap tertentu (objek sikap). Faktor tersebut pada dasarnya berpijak pada suatu proses yang disebut strategi persuasi untuk mengubah sikap.
Peranan media dalam perubahan budaya saat ini memberi pengaruh besar. Melihat kembali pada tahun 2000-an, saat itu drama korea sudah tayang pada salah satu televisi nasional, namun penontonnya tidak sebanyak sekarang. Juga belum menjadi bahan perbincangan yang selalu ditunggu-tunggu. Ini bisa saja disebabkan oleh akses internet yang bisa dikatakan mahal karena hanya digunakan oleh instansi atau perusahaan. Untuk akses pribadi biasanya pengguna menggunakan jasa warung internet (warnet). Berbeda dengan kondisi saat ini, semua orang—kalangan muda dan tua sudah mengakses internet dengan mudah dan murah melalui smartphone. Selain itu, keberagaman media saat ini—memanjakan penonton memilih waktu dan tempat untuk menonton lebih leluasa. Misalnya menonton drama di jalan dengan menggunakan smartphone, atau menonton bareng teman-teman di rumah pakai televisi.
Kini, nilai yang ada pada setiap hiburan tersebut sudah diterima bahkan diminati hingga menjadi budaya baru oleh masyarakat kita. Sebut saja, penjual makanan yang diadaptasi dari Korea sudah mulai menjamur di pusat perbelanjaan. Biasanya konsumen dari gerai makanan tersebut ini kalangan muda khususnya mereka yang penasaran akan cita rasa makanan tersebut.
Lalu, apakah kita lebih senang mengkonsumsi tteobokki daripada lapek bugih? Atau ada rasa banggakah saat memamerkannya dengan orang-orang sekitar kita dibandingkan dengan beli roti jala? Ini tergantung pribadi masing-masing, namun secara sadar atau tidak kita sudah dipersuasi oleh media. Makanan tradisional seolah-olah ketinggalan zaman atau bahkan saat ini penjualnya tidak ditemukan di keramaian seperti mall, namun hanya ada di pasar tradisional.
Selain makanan, dampak dari paparan media yang paling banyak dikenal dari Korea ialah produk kecantikan, mulai dari skin care hingga kosmetik. Salah satu produk yang happening yang terbuat dari lidah buaya. Siapa sih orang Indonesia yang tidak mengenal tumbuhan hijau tersebut? Namun, lihat saja yang terjadi dengan tren kecantikan Korea berbahan lidah buaya itu, kita ikut beramai-ramai menggunakan produknya. Bahkan beberapa produk baru bermunculan dengan kandungan lidah buaya. Padahal, bukankah dari dulu kita sudah tahu bahwa lidah buaya digunakan untuk perawatan kulit.
Aloe vera soothing gel menjadi produk yang paling banyak dicari dari deratan produk nature republic. Produk kecantikan yang terbuat dari lidah buaya, biji pohon baobab, air oksigen dan lendir siput ini memiliki fungsi untuk kesehatan kulit—melenyapkan jerawat dan flek hitam hingga merawat rambut rusak.
Maka tidak heran, konsumsi akan kebutuhan kosmetik brand Korea di Indonesia semakin bertambah. Mengutip dari portal berita tirto.id disebutkan bahwa catatan lembaga riset pasar mitel menyebutkan pertumbuhan kosmetik dan perawatan kulit Korea mencapai 5,8 persen dari tahun ke tahun sejak 2013. Ia mengalahkan Amerika Serikat yang hanya 3,9 persen dan Britania Raya dengan pertumbuhan 2,1 persen.
Di Asia Tenggara, Korea Selatan menaruh minat besar terhadap Indonesia sebagai pangsa pasar di Asia. Selain negara berpenduduk terbesar di Asia Tenggara, Indonesia adalah salah satu kantong fanbase Korean Wave terbesar di dunia. Badan Pusat Statistik mencatat impor kosmetik dan skin care Korea mencapai 5,9 juta dolar AS pada 2016.
“Ada sekitar 15 brand yang kami tangani, mulai dari kosmetik maupun skin care. Paling laris itu brand Laneige,” ujar Fitri Nur Arifenie, asisten manajer riset pasar Korea Trade-Investment Promotion Agency (KOTRA), kepada Tirto, beberapa waktu lalu.
Animo ini makin terlihat tiap ada gelaran misi perdagangan brand Korea. Menurut KOTRA, dalam sebulan, bisa ada sekitar 60 perusahaan kosmetik Korea yang berminat ke pasar Indonesia.
Dalam perspektif psikologi, persuasif merupakan proses yang bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku individu baik secar personal maupun kelompok terhadap sebuah isu, tema, peristiwa, atau objek lainnya yang bersifat abstrak seperti ideal atau sesuatu yang bersifat actual dari sebuah produk yang digunakan. Usaha ini dilakuakan baik secara verbal maupun nonverbal dengan cara mengonversi informasi, perasaan, alasan atau kombinasi semuanya kedalam bentuk lain yang dapat dietrima oleh komunikan (receiver). Berbagai aplikasi persuasi banyak dijumpai demi kepentingan pragmatis didunia politik maupun pemasaran (Maulana,dkk, 2013:16).
Berhasil tidaknya media komunikasi massa dalam memberikan pengaruh pada masyarakat sehingga terbentuk pola kognisi, afeksi dan psikomotor mereka sesuai dengan harapan komunitor tidak lepas dari kualitas persuasi yang dimiliki oleh komunikator dalam menyampaikan pesan mereka. Komunikator sebagai pembawa pesan memilih media massa baik berupa media cetak maupun media teknologi disebabkan melalui media tersebut semua elemen komunikan dapat terjangkau.
Kuatnya teknik persuasif dalam media komunikasi massa disebabkan melalui media tersebut diperoleh pola komunikasi yang efektif dimana komunikan dapat melakukan distribusi dan penerimaan informasi bagi komunikan dalam skala besar sehingga proses komunikasi massa melakukan distribusi informasi kemasyarakatan dapat mencapai sasaran dalam jumlah yang besar.
Unsur persuasi yang terdapat dalam setiap kegiatan komunikasi massa memang tidak dapat dihindari karena melalui teknik komunikasi tersebut efektifitas dari komunikasi dapat tercapai khususnya dalam merubah dan membentuk sikap dan perilaku masyarakat sebagai komunikan. Untuk itu yang harus diupayakan hanyalah bagaimana menciptakan filter dari esensi persuasi dalam media komunikasi massa yang bertanggung jawab karena bagaimaanpun juga moral masyarakat sangat ditentukan oleh kualitas dari esensi persuasi tersebut.#