Museum Perjuangan Rakyat Jambi
Bilik Cerita,  Jambi

Jalan-Jalan ke Museum Jambi: Mulai Museum Perjuangan Rakyat Jambi, Siginjai Hingga Gentala Arasy

Menetap di suatu kota, rasanya belum lengkap kalau tidak berkunjung ke museumnya. Itu yang ada dipikiranku ya! Siapa nih yang mengatakan berkunjung ke museum itu membosankan?

Sebagai anak yang mengenyam pendidikan sekolah dasar hingga menengah di perkampungan, aku belum pernah studi tour atau semacam buat tugas ke museum. Maklum dikampungku belum ada museum atau tempat edukasi untuk anak sekolahan saat itu. Tahu  nya ya nyari anak ikan dan belalang untuk praktek biologi.

Selama sekolah menengah kejuruan juga tidak ada kunjungan ke museum. Rasa penasaran akan hal tersebut rasanya terfasilitasi saat aku kuliah dan ikut organisasi pers kampus. Kebiasaan untuk “kepo” akan budaya bahkan seperti keharusan. Belajar suatu budaya tentu banyak hal yang bisa dilakukan mulai riset di google, baca buku, berkunjung ke museum hingga wawancara langsung dengan tetua adat atau orang-orang yang mengerti akan budaya tersebut.

Bukan berarti ingat semua namun bisa menemukan hal baru di tempat baru rasanya “wah banget” apalagi setiap cerita budaya yang kutemui memiliki persamaan sedikit-sedikit.Kala sekolah juga belajar sejarah termasuk yang padat banget sampai enggak tahu mana yang perlu dipahami.

Mungkin karena akunya yang suka visual jadi lebih senang melihat langsung gambar-gambar dan benda secara langsung. Mau cerita sedikit, jadi 17 Januari ini aku bekunjung ke 3 museum di Kota Jambi. Mulai pukul 9 pagi di Museum Perjuangan Rakyat Jambi. Saat memasuki area museum belum ada pengunjung. Disana langsung diberi tiket untuk membayar uang masuk sebesar Rp 2.000. Disana juga disambut dengan ramah, “darimana bu, ada tugas kuliah, sama siapa?” deretan pertanyaan ini behkan dilontarkan lebih dari 2 orang. Bahkan diberi brosur tentang penjelasan museumnya. Dikasih pemandu oleh adek sekolah yang lagi magang.

Selama lebih 1 jam disana tidak ada pengunjung museum lagi yang datang berkunjung. Bahkan saat bertanya dengan pemandu, sehari dia kadang hanya menemani 1 orang saja. Aku berpikir mungkin karena ini hari senin kali ya? Ini kan hari kerja.

Museum kedua yang kudatangi ialah Museum Siginjai. Ini lumayan ada orangnya, maksudnya ada juga pengunjung lain seperti orangtua yang membawa anaknya. Jadi tidak terasa kosong banget dibandingkan dengan museum pertama. Untuk harga tiket masih sama, yakni 2 ribu saja. Saat mengambil tiket masuk ditawarkan apakah mau ditemani pemandu atau sendiri. Jadi opsional ya! Jika ingin tanya-tanya banyak hal alangkah baiknya dipandu langsung oleh petugas disana.

Museum Gentala Arasy, Januari 2022

Museum ketiga yang kudatangi ialah icon Kota Jambi, Gentala Arasy. Tiket masuk di museum ini sedikit lebih mahal yakni  3 ribu. Isinya tidak sebanyak kedua museum sebelumnya, karena ini lebih menjelaskan tokoh islam di daerah Jambi khususnya Jambi Seberang. Selain itu museum ini menjelaskan proses pembangunan Jembatan Gentala Arasy tersebut. Ini juga sama tidak ada pengunjung lain selain aku dan temanku.

Ketiga museum yang kudatangi ini sepi peminat atau memang aku nya yang datang di hari senin? Yang kita tau senin sebagai hari kerja. Padahal untuk harga itu murah untuk orang dewasa sebesar Rp 2.000 hingga Rp 3.000 dan Rp 1.500 untuk anak-anak. Bahkan dipandu oleh petugas, mereka menjelaskan dengan santai. Tempatnya tidak panas, sudah dilengkapi dengan AC. Nyaman dan bersih. Saking sepinya suara ac saja kedengaran.

Tiket Masuk museum Siginjai Jambi
Tiket Masuk museum Siginjai Jambi, Januari 2022

Setelah melihat ketiga museum tersebut aku sampai kepikiran apakah mereka kerjasama dengan semua sekolah di Kota Jambi ini? Kebayang dong berapa banyak SD, SMP dan SMA sederajat hingga kampus disini? Wah pati museumnya ramai pengunjung. Oh iya bukan soal ramainya namun pendekatannya menumbuhkan minat untuk mengenal lebih dekat melalui tugas seperti pelajaran sejarah, pelajaran bahasa Indonesia atau bahasa inggris. Misalnya satu sekolah aja tiap kelas yang berbeda-beda, pasti yang bisa berkunjung maksimal satu kelas atau 40 orang maksimal. Nah, kalau menurut kalian ide atau contoh apa yang bisa membuat museum banyak dikunjungin atau diminati? PR nya memang benda sejarah atau atribut lainnya yang ada di museum tidak banyak yang berubah ya, paling penambahan beberapa kebaharuan diwaktu yang cukup lama. Saran atau pengalaman kalian bisa dibagikan dikolom komentar ya!#

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *