Buku

Kesempatan Ronggur

“Semoga Allah memaafkan dan menerimamu di sisinya, kekasihku,” ucap Andini sembari menutup matanya, berusaha menghentikan tangisnya. Kekasih yang dimaksudnya, Ronggur. Suami dari Andini yang sangat dicintainya. Awal pertemuan mereka saat menempuh Sekolah Menengah Atas (SMA). Kala itu Ronggur dan Andini duduk dikelas 2 SMA, dengan teman lainnya seperti Tommy dan Irwan.

Diam-diam Ronggur menyukai Andini, hingga ia melancarkan jurus jitu untuk memikat gadis pilihannya itu. Tanpa disadari, Andini luluh dan menerima Ronggur, yang diucapkan saat menghadiri ulang tahun Tommy. Hubungan keduanya berjalan dengan normal dan baik-baik saja, begitu halnya dengan perteman Ronggur. 

Tiga tahun sudah Ronggur dan rekannya dibangku sekolah. Andini, pacar Ronggur dan teman-temannya melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi lagi. Begitu juga dengan Ronggur, namun sayang ia hanya bertahan sebentar lalu drop out. Ronggur jalani hidupnya dengan menjadi timer angkot, memasok air mineral pada sejumlah angkot. Seharinya iya bisa habiskan dua dus, ia sudah membuatnya puas.

“Hari gini mau jadi pegawai,” ucanya ketus. Ronggur memilih nongkrong dengan teman-temanya ketimbang mencari lowongan pekerjaan di koran atau kerja kantoran lainnya. Dilingkungan keluarga, ia juga sering dibandingkan dengan sepupunya Parulian yang rajin dan mencari lowongan pekerjaan.

Dihari upacara pelepasan atau pensiunan Sersan Tebe atau ayah Ronggur yang sudah mengabdi di TNI AD selama 35 tahun, dan di batalyon sudah 10 tahun. Tebe memantapkan niatnya akan kembali ke kampung halamannya, di Tarabunga Sumatra Utara. Malam hari, keluarga Sersan Tebe berkumpul. Kristin selaku Ibu Ronggur, Sumurung saudara laki-laki atau adik Ronggur, dan Taruli adik perempuannya. Tiba saatnya, Tebe berikan penjelasan akan kembali ke kampung halaman. Alasan utama yang Tebe sampaikan, bahwa ditempat sekarang tidak seharusnya mereka tinggal dikomplek tempat ayahnya bekerja. Tidak hanya itu, di Toba keluarga Tebe akan merawat tanah peninggalan bapaknya.

Disitu juga, Sersan Tebe jelaskan bahwa Taruli akan melanjutkan sekolah di SMA 2 Yayasan Soposurung. Tebe sebutkan, sekolah tersebut akan berikan keringanan bagi keluarga kurang mampu dan menurutnya sekolah unggulan. Tebe juga sudah siapkan pendidikan bagi Sumurung, anak laki-lakinya itu. Dia sebutkan, Sumurung akan melanjutkan sekolah pendeta, guna meneruskan generasi dari orang tua Tebe. Anak keduanya tersebut hanya bisa menurut penuturannnya ayahnya, berbeda dengan Ronggur tidak terima akan pindah ke kampung halaman orangtuanya itu.

Sesuai kesepakatan yang diterima keluarga Tebe pindah, sepanjang perjalanan hanya Ronggur yang sibuk dengan mood tidak baikknya. Namun hala tersebut sudah biasa bagi keluarga itu, hingga tiba di Sumatra Utama Ronggur sibuk dengan telepon selulernya yang sedang menelpon Andini. Hendak beri kabar dan ngoobrol layaknya orang pacaran.

Setiba di Tarabunga, Sersan Tebe, istri, Taruli dan Sumurung mengikut sesuai dengan rencana yang sudah ditentukan. Ronggur hanya mengeluh, dan sesekali ia temani Togar menemani Turis yang memakai jasanya.

Namun, tanpa sepengatahuan kedua orangtunya Ronggur kabur dari rumahnya. Ia kembali ke Jakarta. Mencari temannya dulu lalu mulai mencari kerja. Ia dipercaya oleh Tommy untuk menjadi supir taksi. Ronggur merasa nyaman dengan profesi barunya itu, kesal yang dialaminya dari tingkah pelanggannya sudah biasa ia lakukan. Tiba saatnya, Ronggur di jebak oleh seorang bandar narkoba yang bernama Bonsu dan rekannya. Ronggur diminta untuk menjemput barang yang sudah dipesan oleh pihak Bonsu, tanpa sepetahuan Ronggur kegiatannya menjemput barang didokumentasikan oleh anggota Bonsu.

Jebakan Bonsu membuahkan hasil, Ronggur berhasil dibujuk oleh pihaknya. Ronggur awalnya menolak, namun ia tidak bisa menutupi akan keinginannya mencari uang, untuk membuktikan pada orangtuanya dan orangtua Andini. Berhasil terima uang banyak sesuai dengan keinginan Ronggur hingga ia bisa menikahi Andini. Peroleh restu dari orangtua dari mertuanya. Tahun demi tahun berlalu, Ronggur miliki seorang anak. Tapi sayang, Ronggur masih menjalani bisnis narkobanya. Berbagi cerita dengan istrinya hingga ingin menginggalkan dunia narkoba yang dijalaninya. Rencana Ronggur tidak semudah bayangannya, ia diberi tugas oleh bosnya.

Ronggur putuskan akan tinggalkan bisnis haramnya itu, ia mencari bosnya ditemap biasa. Lalu berdiskusi, namun tidak sesuai dengan maksud yang dinginkannya. Maka terjadi baku tembak antara kedua pihak.

Usai kejadian yang sempat mengebohkan diskotik, Ronggur langsung menuju kampung halamannya. Namun ia disana bersembunyi, karena sudah banyak polisi yang ebrpatroli. Dibantu oleh saudaranya Togar. Sekitar seminggu ia bertahan disebuah rumah. Ayah Ronggur merasa anaknya dekat dengannya. Lalu ia menanyakan pada Togar. Ia berencana akan menyerahkan Ronggur pada polisi. Saat tiba diluar, ternyata Ronggur tertembak dari arah yang tidak diketahui. Ia meninggal tanpa sempat untuk mengatakan maaf pada anak dan istrinya.

Dalam buku ini, TB Silalahi menarik dan mengundang perdebatan antara agama dan kepercayaan antara suami istri atau hubungan antara Andini dan Ronggur. Ia menilai, Sersan TB yang tidak mempunyai waktu buat anaknya saat kecil membuatnya ingin dekat dengan cucunya. Ada rasa tanggungjawab yang indin dibalas oleh Sersan Tebe. Namun sangat disayangkan, komunikasi antara Sersan Tebe dan Ronggur tidak menemukan solusi atau titik terang hingga ia meninggal. Keras kepala selalu ditonjolkan pada sikap Ronggur dan tidak menerima saran dari Sersan Tebe.

Letjen TNI kelahiran Pematang Siantar, Sumatra Utara ini menelurusi kebiasaan warga Tarabunga hingga solusi yang diberikan pada permasalahn desa tersebut. Hal tersebut bisa memotivasi warga desa lainnya. Sebagai orang perantauan dijelaskan bahwa Sersan Tebe ingin tempat kelahirannya itu tetap indah seperti ia kecil dulu.#

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *