
KKN Kebangsaan di Sungai Linau, ke Pasar Bareng Teman Baru
Jumat, 7 Agustus 2015 lalu kami pergi ke pasar tradisional. Pukul 6.27 pagi rintik air hujan masih terdengar dari atap rumah. Sesekali aku menatap dan memotret dengan handphone area luar jendela kamar. Lihat ke depan rumah, menanyakan kepastian berangkat. Hari itu kami berencana ke pasar di Desa Sadar Jaya. Aku, Ruci—teman sekamar. Taufik, Saukum dan Puja, mereka satu rumah dengan kami, beda kamar atau disebelah kamar kami. Ada juga Parsi, Alika, Zizia, Santi dan Ani dari rumah depan, teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kebangsaan 2015 juga. Hanya beda tempat tinggal saja.
Sebelumnya kami ingin berangkat pukul 8, tapi karena masih gerimis maka harus nunggu hampir sejam. Air hujan masih ada, hanya sedikit memang. Kalau dijalani tidak sampai membuat baju kita basah. Kami akhirnya berangkat. Naik sepeda motor, sebagian langsung diantar di tepi sungai. Semua kumpul dan menunggu sampan tiba di tempat penyeberangan sambil foto-foto. Biasanya kalau ada pasar, banyak penumpang yang diantar atau diseberangkan.
Tiba di seberang, kami langsung jalan kaki. Jalanan saat itu becek, licin dan sebagian digenangi air setinggi semata kaki. Kami jalan perlahan, terkadang pegang tangan teman lainnya. Sebab jika tidak hati-hati bisa terpeleset. Ruci saat itu pakai sendal busa setinggi 3 atau 5 centi meter kadang minta dibantu jalannya.
Hanya berjarak 200 meter dari sungai kami sudah tiba di tempat tujuan. Kendaraan tidak dibawa. Biasanya jika hanya ke pasar, warga Sungai Linau tinggalkan kendaraannya di tepi sungai. Begitu juga dengan kami.
Tiba ditempat tujuan, aku dan teman-teman lainnya kegirangan. Hampir tiap moment belanja kami foto. Misalnya saat beli tahu, saat aku tanyakan harga pada pedagang Saukum malah sibuk menawarkan foto bersama. Tidak hanya senang, ada sedikit kecewa yang menghampiri. Pasar tidak seramai yang ada dibanyangan sebelum berangkat. Mungkin bisa saja karena hujan atau alasan lainnya. Berbelanja juga masih sedikit pilihan tempatnya.
Selain belanja keperluan sehari-hari, perlengkapan buat acara di sekolah seperti pot bunga, susu kotak. Hal utama ke pasar ialah melihat keramaian, kebiasaan di desa dan kondisi bangunan rumah, jalan dan bahasa sehari-hari.
Hampir sejam keliling pasar. Plastik tentengan sudah berisi sayur kangkung, wortel, cabai, tomat dan keperluan lainnya. Kami ngumpul di dekat pasar setelah mencar saat berbelanja. Cek barang bawaan. Lalu beli sate ngisi perut sambil istirahat. Merasa cukup dengan barang belanjaan, juga sudah mulai panas maka kami pun beranjak pulang.
Hari itu memang hanya belanja di pasar tradisional biasa. Tapi karena pertama kali berada di desa tersebut akhirnya bisa menjawab rasa penasaranku. Bisa mencicipi makanan disana, tahu harga sayuran, ikan dan keperluan lainnya. Harganya beda sedikit dengan yang di Pekanbaru. Contohnya kangkung. Saat tanya harga pada ibu yang jualan malah ngasih 3 ikat dengan harga 6 ribu rupiah. Alasannya karena kangkungnya tinggal itu saja. Ia biasa jual 2 ikat seharga 5 ribu. Kalau di Pekanbaru atau warung dekat rumahku, biasanya 2 ribu seikatnya. Salut deh buat disana, harga tidak terlalu mahal. Semoga pasarnya makin banyak yang jualan dan mengunjungi.#
*Tulisan ini sebagai dokumentasi pribadi, sebelumnya saya simpan di hardisk maka untuk menghindari kerusakan atau hilang maka saya memutuskan untuk di posting di blog. Semoga suka dengan cerita KKN kami dari Desa Sungai Linau.

