
Tugu Keris Siginjai Jambi, Ini Dia Makna dan Sejarahnya
Setiap lewat area Kota Baru Jambi, aku selalu lewatin area Tugu Keris Siginjai. Bagi pendatang seperti saya lebih sering menyebutnya bundaran keris. Maklum, yang terbayang ialah budaran keris yang ada di daerah Gobah pekanbaru.
Bedanya, Tugu Keris ini mempunyai daya tarik sendiri. Mulai dari berada di area perkantoran walikota Jambi hingga menjadi pusat keramaian masyarakat Jambi. Mulai dari area Jogging, bersepada hingga acara rutin seperti car free night.
Nah, menariknya pengambilan nama tugu ini berdasarkan nama benda tradisional Jambi. Bahkan yang menjadi poin plusnya ialah pada setiap sisi bagian bawah tugu tercantum beberapa gambar dan tulisan yang menjelaskan makna hingga sejarah Keris Siginjai hingga makna tugu tersebut.
Penjelasan mengenai Tugu Keris Siginjai ini tentu memudahkan pengunjung untuk melihat sejarah keris secara langsung. Berikut yang bisa saya bagikan rangkuman dari potongan-potongan keterangan yang ada pada Tugu Keris Siginjai tersebut:
Tugu diresmikan pada 31 Desember 2017
Tugu Keris Siginjai 31 Desember 2017 oleh Walikota Jambi Dr. H.Syarif Fasha, ME
Arti Nama Siginjai
Menurut legenda besi sebagai bahan Keris Siginjai berasal dari 9 jenis besi dari 9 negeri yang berawal dari nama “Pa” ditempa selama 40 Jumat dan disepuh air 9 muara.
Riwayat Orang Kayo Hitam sering meletakkan keris tersebut disanggul rambutnya sehingga orang-orang sering menyebutnya dengan sebutan “Ginjai” yang berarti Tusuk Konde sampai akhirnya keris tersebut diberi nama Keris Siginjai.
9 Struktur Besi Pipa yang Berarti 9 Lurah
9 titik struktur besi pipa galvanis yang berbentuk spiral yang menjalin merangkai menjadi satu kesatuan pernopang Keris Siginjai dan menyelimuti Patung Angso atau Tugu Jam Eksisting melambangkan luasnya wilayah kerajaan Jambi dahulu yang meliputi 9 lurah dialiri oleh anak-anak sungai batang. Seperti, Batang Asai, Batang Merangin, Batang Masurai, Batang Tabir, Batang Senamat, Batang Jujuhan, Batang Bungo, Batang Tebo, Batang Tembesi.
Batang-batang ini merupakan anak Sungai Batanghari yang keseluruhannya merupakan wilayah Kerajaan Jambi atau yang dikenal dengan semboyan Sepucuk Jambi Sembilan Lurah.
Elemen serta berbagai simbol sejarah yang menjadi akar budaya masyarakat Jambi, semisal batik, musik atau pun relief sejarah serta berbagai macam keunikan unsur budaya ditarnsformasikan kedalam visualisasi Desain Tugu Keris Siginjai.
Bahan Baku Keris Siginjai
Keris Siginjai terbuat dari bahan-bahan berupa kayu, emas, besi dan nikel.
Bilah/wilahan Keris Siginjai panjang lebih kurang 39 cm dan berlekuk (luk) 5, permukaan Keris Siginjai pada mulanya kemungkinan ditutupi lapisan emas murni karena pada saat ini masih terlihat adanya bekas lapisan emas yang terlepas itu berfungsi untuk memperindah keris dan yang lebih utama untuk menutupi pamor pada keris yang bermotif flora.
Pamor keris ini semakin ke ujung semakin kabur pada lekuk pertama hingga ke empat pamor itu tampak jelas, namun pada lekuk kelima sampai ke mata keris, pamornya sudah tidak jelas lagi.
Keris Siginjai memiliki dua buah ganja, yang salah satunya melengkung kearah mata keris. Sedangkan pada sisi terlebar pangkal bilah keris terdapat bentukan yang menjorok keluar dan memiliki 6 buah tonjolan yang ujungnya runcing, mirip dengan senjata penjepit pada binatang kalajengking. Tonjolan yang terbesar disebut belalai gajah atau keluk kacang.

Hulu (gagang) Keris Siginjai terbuat dari kayu kemuning yang bagian kepalanya dibuat menjarak kearah permukaan badan keris. Sedangkan pada bagian yang dekat wilahan terdapat mendak yang berbentuk kelopak bunga teratai. Diatas mendak terdapat 16 garis lengkung yang disetiap lengkungannya dipasang sebuah batu mulia, yang terdiri dari 8 buah intan yang berbentuk segi tiga dan 8 buah berlian yang berbentuk lonjong (oval).
Dibawah setiap intan atau berlian terdapat bidang lengkung yang semakin menyempit kearah bilah keris, as garis itu terdapat jalinan berbentuk benang-benang email warna hijau dan kuning. Pada permukaan bidang lengkung tersebut dilapisi dengan emas murni dan diukir hiasan bunga-bunga kecil.
Sarung keris/Wrangka Keris Siginjai terbuat dari kayu kemuning. Sedangkan pendok keris terbuat dari lempengan emas murni yang seluruh permukaannya dihiasi dengan ukiran bermotif flora. Pada Wrangka Keris Siginjai ini juga terdapat gayaman berbentuk perahu agak kecil tetapi tebal. Didekat gambar perahu terdapat lengkungan yang berbentuk sedikit bundar.
Keris Siginjai Benda Pusaka Kesultanan Jambi dan Lambang Kebesaran
Keris Siginjai merupakan benda pusaka yang dimiliki secara turun temurun oleh Kesultanan Jambi. Selama lebih dari 400 tahun keris ini tidak hanya sekadar sebagai lambang mahkota kesultanan Jambi, tetapi juga sebagai lambang rakyat Jambi dan bahkan saat ini menjadi lambang Provinsi Jambi. Sultan terakhir yang memegang benda kerajaan itu adalah Sultan Achmad Zainuddin pada awal abad ke-20.
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Keris Siginjai diambil oleh Belanda dan bersama dengan sebuah pusaka kesultanan Jambi lainnya, yaitu Keris Siginjai Marjaya dibawa ke Batavia.
Setelah Indonesia merdeka kedua keris tersebut menjadi bagian dari koleksi Museum Nasional Jakarta, bersama dengan keris-keris pusaka dari berbagai daerah lain di Indonesia untuk dirawat, dipelihara dan dilestarikan agar generasi penerus dapat mengetahui bahwa nenek moyangnya mampu membuat sebuah mahakarya yang indah walaupun dengan mempergunakan peralatan tradisional yang seadanya.
Sesuai riwayatnya Keris Siginjai merupakan lambang kebesaran serta kepahlawanan raja dan sultan Jambi dahulu, karena barang siapa yang memiliki keris tersebut dialah yang diakui sebagai penguasa atau berkuasa untuk memerintah Kerajaan Jambi.
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda Keris Siginjai dibawa ke Batavia dan sejak bulan November 1904 Keris Siginjai menjadi koleksi Museum Nasional dengan nomor inventaris 10921 (E 263).
Orang Kayo Hitam
Berdasarkan legenda dan riwayat sejak awal berdirinya Jambi pada masa Pemerintahan Datuk Paduko Berhalo (1450-1490 M), kesultanan Jambi selalu mengirimkan upeti ke Jawa (Majapahit). Upeti tersebut berupa pekasam kecat dan pekasam kaluang. Kegiatan itu berlangsung sejak lama.
Ketika Orang Kayo Hitam mulai dewasa, ia menentang kegiatan tersebut. sebagai salah satu pewaris kesultanan Jambi. Mungkin menurutnya sudah selayaknya Jambi menjadi negeri berdaulat dan tidak harus susah payah mengirimkan kekayaan kerajaannya ke kerajaan lain. walaupun ia sadar konsekuensi perbuatannya tersebut, rombongan Orang Kayo Pingai pernah saat hendak menuju Jawa oleh Orang Kayo Hitam dengan menyamar sebagai rampok.

Mengenai kerajaan Jawa yang dimaksud, menurut Undang-Undang Piagam Pencacahan dan Kisah Negeri Jambi adalah Mataram, Mataram yang dimaksud adalah Kerajaan Demak. Karena abad 15 Mataram belum berdiri.
Saat itu Majapahit sudah tidak sekuat dulu lagi karena perang saudara. Kegiatan menghantarkan upeti memang kewajiban bagi kerajaan-kerajaan taklukan Majapahit sebagai bentuk ketundukan kepada Majapahit. Dalam hal sistem pemerintahan dan adat istiadat Majapahit tidak banyak mengatur wilayah taklukan. Wilayah taklukan diberikan otonom khusus untuk mengatur itu.
Seperti diketahui, seluruh nusantara pernah ditaklukan Majapahit. Puncak kejayaannya pada masa Pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada yang terkenal dengan sumpah Palapa yang sangat berambisi menaklukan nusantara. Saat Majapahit ditaklukan Demak, maka wilayah jajahan Majapahit otomatis menjadi wilayah Demak. Ketundukan terhadap Majapahit berubah menjadi ketundukan terhadap kerajaan Demak.
Kegiatan pengiriman upeti pun tetap dilaksanakan hingga dihentikan atas perintah Orang Kayo Hitam. Akibat pelanggaran pengiriman upeti tersebut, maka Demak mengirimkan utusan ke Kesultanan Jambi untuk menagih upeti. Utusan Demak yang datang ke Jambi diusir oleh Orang Kayo Hitam secara tidak hormat. Sikap yang dilakukan oleh Orang Kayo Hitam menimbulkan kemarahan bagi pihak Demak. Melalui menterinya maka raja Demak memerintahkan untuk melakukan tindakan balasan untuk menghukum Orang Kayo Hitam.
Rang Kayo Hitam merupakan seorang Raja Melayu Jambi yang sangat pemberani dan sakti. Saat pemerintahan dibawah kepemimpinan kakaknya Rang Kayo Pingai, Rang Kayo Hitam Pernah mencegat upeti yang pernah dikirim kakaknya kepada kerajaan Mataram yang waktu itu Kerajaan Melayu Jambi merupakan daerah Jajahan kerajaan Mataram. Upeti itu berhasil digagalkan oleh Rang Kayo Hitam, karena beliau berpendapat bahwa Kerajaan Melayu Jambi merupakan kerajaan yang berdaulat dan tidak tunduk pada kerajaan manapun.
Alasan Keris Siginjai Dibuat
Konon Orang Kayo Hitam terkenal kesaktiannya, tidak sembarangan senjata yang bisa melukainya sehingga diperintahkan seorang empu keris bernama Empu Berjakarti untuk membuat senjata khusus mengalahkan Orang Kayo Hitam, bahan baku keris tersebut diambil dari 9 desa dan ditempa tiap Jumat selama 4 purnama.
Takdir berkehendak lain, rencana Raja Demak sampai di telinga Orang kayo Hitam yang menyamar menjadi masyarakat biasa menuju Demak untuk memastikan kebenaran berita tersebut. Dengan menggunakan rakit Orang Kayo Hitam sampai di Demak dan secara tidak sengaja bertemu Empu Bejakarti di tempat pembuatan kerisnya.
Dua orang yang baru mengenal itu berbincang seperti biasa hingga akhirnya terungkap dari mulut Empu Berjakarti bahwa ia sedang membuat kering pesanan Raja Demak untuk membunuh Orang Kayo Hitam dari Jambi. Orang Kayo Hitam merebut keris pesanan tersebut dan membunuh Empu Berjakarti.
Setelah itu Orang Kayo Hitam mengamuk di Istana Demak. Tak satupun yang bisa menghentikannya, akhirnya Raja Mataram turun tangan dan melakukan perundingan damai dengan Orang Kayo Hitam. Beberapa kesepakatan disetujui, orang Kayo Hitam pun dihadiahkan keris buatan Empu Berjakarti yang kemudian dinamakan Siginjai dan satu tombak buatan Empu Berjakarti yang bernama Sinancan sebagai tanda persahabatan, keris tersebut menjadi lambang Kesultanan Jambi dan diwariskan turun temurun.
Itu dia rangkuman dari tulisan dan gambar yang ada pada sisi bagian bawah Tugu keris Siginjai. Selain itu, Tugu Keris Siginjai ini terbuat dari tembaga murni yang di pesan langsung di Yogyakarta. Dan dibuat oleh para pengrajin seni yang berpengalaman di Pusat Kerajinan Tembaga dan Kuningan, Nursih Basuki Art Studio, Kotagede.
Keris ini memiliki tinggi sekitar 9 meter. Sementara tinggi keseluruhannya sekitar 28 meter. Jika dilihat pada malam hari, disekitar kawasan tugu Keris Siginjai dilengkapi lampu-lampu yang berwarna-warni serta air mancur.#

